Aliran-Aliran Filsafat Rasionaliseme dan Empirisme

Penulis            : Satria Wiguna
Mata Kuliah    : Filsafat Umum

Pendahuluan
    Pengetahuan filsafat hanya bisa muncul setelah melewati perenungan dan kontemplasi terhadap apa yang dipikirkan seseorang hingga sampai pada hakikatnya. Hal itu sangat mungkin dilakukan karena manusia adalah makhluk yang mempunyai kelebihan dibandingkan makhluk-makhluk lainnya. Menusia memiliki sifat keingintahuan yang lebih tinggi terhadap fenomena alam semesta ini. Sesuatu yang kemudian diketahui dari sifat keingintahuannya itulah yang disebut pengatahuan. Terdapat dua jenis pengetahuan yang bisa diperoleh seseorang, yaitu (1) pengetahuan indra (biasa), yaitu pegetahuan yang bisa diperoleh hanya dengan melihat; (2) pengetahuan ilmiah, yakni pengetahuan yang mengikuti metode dan kaidah tertentu yang bersifat universal.   Filsafat juga mencakup dua hal, sebagai ilmu pengetahuan dan sebagai pandangan hiudp. Disebut ilmu pengetahuan karena filsafat dalam kajiannya mempunyai objek, metode dan sistematika, serta bersifat universal.

Pembahasan
1. Rasionalisme 
    Konsep rasionalisme adalah satu aliran besar filsafat yang mengklaim bahwa suatu kebenaran itu bersumber dari alam ide (rasio/akal). Konsep Rasionalisme dekat dengan idealisme Plato sebab metode pencari kebenarannya sama-sama menggunakan akal. Tokoh filsafat pertama yang menggagas ini adalah Plato, menurutnya kebenaran yang hakiki adalah yang ada dalam alam ide (fikiran murni), sedangkan yang ditangkap oleh indra (termasuk mata) merupakan tampilan dari bayang-bayang kebenaran.67 Menurut aliran ini, seseorang dengan akal yang sehat dapat menentukan antara baik dan buruk, akal juga mampumemilihantara etnitas yang indah dan yang buruk. Dominasi penalaran akan ini kerap dikenal sebagai a priori lawan dari apostereori.
    Dalam dinamika pemikiran Rasionalisme digagas oleh banyak tokoh, mereka dengan filosofi yang khas, namun masih dalam media koridor yang sama.  Pada zaman modern, konsep rasionalisme dipopulerkan kembali oleh Rane Descartes (1590-1650). Kepopuleran Descartes sangat familiar sehingga menjadikannya filsuf dengan julukan bapak filsafat modern. Konsep rasionalisme-nya yang akrab dengan semboyan “cogito ergo sum” (aku befikir, maka aku ada). Hal tersebut seolah mengispirasi bahwa jika seseorang ingin eksis, ingin jaya, dan ingin sukses maka mereka harus menggunakan akalnya dengan benar.
2. Empirisme 
    Empirisme merupakan aliran dalam filsafat yang fokus pada peranan pengalaman (tangkapan indra) dalam meraih pengetahuan atau menilai kebenaran, dan mempersempit peranan akal. Kata Empirisme berasal dari bahasa Yunani yaitu “empeiria” yang maknaharfiahnya adalah coba-coba atau aspek pengalaman. Sebagai suatu doktrin, Empirisme adalah lawan Rasionalisme.69 Menurut aliran ini, seseorang dengan indranya (pengalaman) lebih objektif dalam menilai mana baik dan mana yang buruk, pengalaman juga dapat menilai sesuatu yang bersifat seni, sebab suatu seni itu terlihat indah dengan mata. Ketika mata (bagian indra) menangkan esensi yang indah, maka sudah menjadi bagian dari pengalaman (empirisme). Dominasi penalaran berdasarkan pengalaman ini dikenal sebagai apostereori. 
    Tokoh filsafat yang sangat menekankan empirisme adalah Aristoteles, Ia adalah murid Plato bahkan menjadi guru di sekolah yang didirikan Plato di Athena selama 20 tahun. Meskipun sebagai murid, Aristoteles tidak sependapat dengan Plato selaku penganut konsep rasionalisme. Setelah Plato meninggal, Aristoteles mendirikan akademinya sendiri dan mulai mengajarkan konsep empirisme yang lebih menekankan pengalaman dan logika.  Jika teori Plato mengklaim bahwa kebenaran suatu benda itu adalah alam ide (fikiran), bagi Aristoteles justru itu tidak mungkin sebab sesuatu yang bersifat materi justru yang bisa ditangkap secara fisik. Ketika suatu benda bisa dilihat, bisa disentuh, bisa dirasakan, atau bisa dicium baunya maka itulah bukti nyata bahwa suatu benda itu ‘ada’.  
   Selanjutnya, pengikut empirisme mengatakan pengalaman adalah akibat suatu objek yang mendorong peran alat-alat indrawi, yang dipahami dalam otak, serta akibat dari dorongan tersebut terbentuklah respon mengenai objek yang sudah merangsang alat indriawi tersebut. Empirisme memegang fungsi yang amat vital bagi pengetahuan. Penganut mazhab pemikiran ini menganggap pengalaman adalah satu-satunya media dalam memperoleh ilmu pengetahuan. Pengalaman indriawi ini kerap dianggap sebagai suatu pengadilan yang tertinggi.
    Pada zaman modern, aliran empirisme di populerkan kembali oleh John Locke selaku filsuf Inggris. Filsafat Locke bisa dikatakan anti-metafisika. Ia menerapkan keraguan sementara yang dipelopori oleh Descrates, selanjutnya Ia menolak model intuisi (pengetahuan batin) yang dilakukan oleh Decrates. Joh Locke juga menentang metode deduktif Descrates serta menggantinya dengan generalisasi yang bersuber atas pengalaman; menjadi induksi.  Bahkan Locke menyangkal juga akal (reason). Ia hanya setuju jika fikiran matematis yang pasti dan cara penarikan dengan metode induksi

Daftar Pustaka
Wahyu Martiningsih, Para Filsuf dari Plato sampai Ibn Bajjah, (Jogjakarta: IRCiSod, 2012), hlm. 100.
Ali Maksum, Pengantar Filsafat Dari Masa Klasik Hingga Postmodernism,  (Jogjakarta : Ar-RuzzMedia, 2011), hlm. 358 
Ahmad Tafsir, Filsafat Umum Akal dan Hati Sejak Thales sampai Capra, (Bandung, Remaja Rosdakarya, 2013), hlm.175








Komentar

Postingan populer dari blog ini

Konsep, Tujuan, Karakteristik, Urgensi, Faktor Pendorong, dan Strategi Inovasi Pendidikan

Latar Belakang Lahirnya Pendidikan Luar Sekolah (PLS)