Filsafat kelasik filsafat Yunani pra Socrates
Filsafat kelasik filsafat Yunani Pra Socrates
Penulis : Satria Wiguna, M.Pd
Mata Kuliah : Filsafat Umum
Peta Konsep
Pendahuluan
Berdasarkan aspek sejarah, filsafat dibedakan sebagai filsafat zaman klasik, filsafat abad pertengahan dan filsafat modern. Jika dilihat dalam konteks popularitasnya filsafat lebih dikenal sebagai filsafat alam, filsafat Yunani, Filsafat Zaman Keemasan, Filsafat Islam dan Filsafat Barat. Terlepas dari apapun istilahnya, inti dari substansi filsafat itu tetap sama, terbukti hampir pada semua referensi sepakat bahwa filsuf pertama adalah Thales.
Berbicara mengenai kelahiran filsafat memang tak akan lepas dari eksistensi filsafat alam. Berbagai filsuf Yunani Kuno mencoba melahirkan konsep mengenaipenciptaan alam walaupun sebelumnya telah ada informasi terkait teori tersebut.
Pembahasan
TokohFilsuf kelasik filsafat Yunani Pra Socrates
1. Thales
Thales dikenal sebagai bapak Filsafat Yunani, karena ia diklaim sebagai seorang filsuf yang pertama. Namun, konsep pemikirannya tidak pernah ia tulis sendiri, hanya disebarkan melalui lisan melalui pengikutnya (murid). Setelah datang filsuf besar Aristoteles, maka pemikiran Thales mulai ada yang menuliskannya. Menurut pemaparan Aristoteles, inti ajaran Thales adalah ‘air’, karena Thales berargumen bahwa semuanya itu bersumber atau sangat bergantung dengan air. Air yang bersifat cair merupakan pangkal, landasan, pokok dan dasar dari apapun. Thalestak mengimplementasikan kepercayaan umum ketika merenungkan asal segala sesuatu, namun berdasarkan pengamatan indra (pengalaman) ketika menjelajahhingga ke Mesir dan menemukan betapa tergantungnya orang Mesir pada sungai Nil. Oleh sebab itu, Thales berfilsafat bahwa segala sesuatu itu bermula dari air.
2. Anaximandros
Anaximandros adalah murid dari Thales. Meskipun begitu, konsep filsafat-nya berbeda, menurut Anaximandros, asal muasal alam bukan dari air melainkan apeiron. Apeiron merupakan zat yang tiada batas (unlimited) dan tidak berbentuk, tak ada kemiripan dengan apapun. Apeiron memuat sifat keilahian dan abadi. Anaximandros menilai bahwa proses terciptanya alam dari pemaknaan tak terbatas (apeiron) melalui berbagai antagonis (pertentangan) diantara dua media yang bertolak belakang, yaitu: dingin dan panas. Adapun proses tercipanya makhluk, Anaximandros sama dengan pendapat gurunya (Thales), Anaximandros menilai bahwa semua makhluk itu berasal dari air.
3. Anaximenes
Filsuf alam lainnya yang tak kalah populer adalah Anaximenes (585-494 SM). Ia merupakan murid Anaximandrosa, tokoh filsafat alam terakhir dari kota Miletos. Pandangan filsafat Anaximenes tak jauh berbeda dengan pandangan gurunya. Menurut anaximenes, prinsip dari penciptaan atau dasar segala sesuatu itu adalah udara.48 Tanpa udara manusia tidak bisa hidup, tanpa udara api juga tidak bisa menyala, tanpa udara (angin) kapal juga tidak bisa bergerak. Jika konsep ajaran Thales mengacu pada pentingnya air bagi kehidupan, menurut konsep ini udara lebih urgen. Manusia bisa mati jika dalam waktu sebulan tidak mengkonsumsi air, namun jika tidak ada udara maka manusia bisa mati hanya dalam hitungan jam.
4. Heraclitus
Heraclitus berpendapat bahwa unsur pembentuk dunia ini adalah kosmos, dan kosmos terbentuk dari api. Berbeda dengan Thales, bagi Heraclitos api justru lebih penting, karena api bisa melelehkan es dan mengeraskan roti. Api lebih berperan aktif dalam menciptakan (perubah zat) sementara air cenderung pasif (zat yang dirubah).49 Dari konsep ini maka sejalan sifatnya bahwa api itu membara dan menyala, panas, namun juga dapat meredup. Api dapat menghasilkan sesuatu dengan sifat panasnya, api mampu mengubah sesuatu dengan kalornya. Begitu pula dengan cahayanya yang menyala, bisa pudar sesuai dengan batas dan waktunya. Kehidupan di alam ini juga digambarkan Heraclitus sebagaimana api dalam pemikirannya. Pada titik akhir kehidupan itu akansenantiasa berpijar dan menyala layaknya api yang tengah berkobar, namun pada waktunya nanti api akan mati dengan sendirinya.
5. Demokritos
Demokritos sering dianggap sebelah mata, justru kini pada zaman modren pendapatnya fenomenal dan diangkat kembali karena ternyatasangat berperan bagi ilmu pengetahuan. Demokitos adalah pengikut dari Leukipos, dan ia sejalan dengan pendapat gurunya bahwa alam semesta ini terdiri dari senyawa kecil (atom-atom) yang terus bergerak tanpa akhir, dimana jumlahnya begitu banyak. Demokritos sejalan dengan Heraklitos, bahwa etnitas yang pertama adalah api. Api baginya terdiri dari atom yang snagat kecil dan halus, licin dan berbentuk bulat. Bagi Demokritus, atom api lah yang menjadi dasar dalam segala yang hidup.50 Hal ini tak jauh beda dengan ilmu modern saat ini, dimana atom itu dinilai bergerak bagaikan awan. Konsep ini yang kemudian membuat Albert Enstein menemukan teori relativitas.
Penutup
Yunani sendiri merupakan wilayah di benua Eropa yang kaya akan sisi spiritual. Kebiasaan masyarakat Yunani hidup di alam bebas seperti nelayan. Profesi ini yang kemudian mewarnai kepercayaan yang mereka anut, yaitu berdasarkan petuah alam sehingga berkiri bahwa hubungan manusia dengan sang khaliq bersifat formalitas. Maknanya, kedudukan Tuhan dianggap terpisah dengan kehidupan mahkluknya (manusia). Sekitar abad ke 6 SM, lahirlah para pemikir yang pemikirannya kemudian bersifat rasional (cultural religion) yang sedikit banyak memicu pergeseran. Tuhan tidak lagi dianggap terpisah dengan mahkluk, melainkan justrudiyakini menyatu dengan eksistensi kehidupan manusia. Pemikiran ini yang mulanya natural religious berubah menjadi system cultural religious.
Referensi:
Ahmad Syadali, Filsafat umum, (Bandung: Pustaka Setia, 1997), hlm. l 17.
Bertrand Russell, Sejarah Filsafat Barat; dan kaitannya dengan kondisi sosio-politik dari zaman kuno hingga sekarang, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004), hlm. 30-35.
Komentar
Posting Komentar