Peradaban Islam Pada Masa Daulah Usmani

Peradaban Islam Pada Masa Daulah Usmani

Penulis            : Satria Wiguna, M.Pd
Mata Kuliah    : Fikih, SKI, Akidah Akhlah Pada Madrasah Aliyah 

Pembahasan:

Sejarah Lahirnya Daulah Usmani
    Daulah Usmani berasal dari salah satu suku di Turki Barat yaitu Suku Kayi, pada waktu Jengis Khan melakukan agresi di wilayah Turkistan yang didiami suku Kayi. Merasa terancam sebagai pemimpin suku Kayi, akhirnya Sulaiman Syah meminta perlindungan dari penguasa Transoksania bernama Jalaluddin Mungurbiti bin Khawarizmi, namun pada akhirnya Transoksania berhasil dikuasai oleh tentara Mongol.
    Sulaiman Syah memimpin anggotanya untuk pergi ke Kurdistan dan ke Azerbaizan. Namun dalam usahanya memasuki wilayah Syam terhalang oleh bentangan sungai yang luas, pada saat menyeberangi sungai Eufrat datang banjir hingga terbawa arus dan akhirnya meninggal dunia. Sulaiman Syah meninggalkan empat orang putera Sankurtakin, Togdai, Ertoghrul dan Dandan.
Pasca meninggalnya Sulaiman Syah kelompok besar keluarganya terbagi menjadi dua. Satu kelompok menginginkan kembali ke daerah asal dan satu kelompok lainnya melanjutkan expedisi ke wilayah Asia kecil bersama Ertoghrul dan Dandan. Dalam perjalanan Ertoghrul putera ketiga dari Sulaiman Syah diangkat sebagai pemimpin baru hingga akhirnya mereka menetap di Anatolia
     Ketika terjadi pertempuran antara pasukan Sultan Alaudin I dari Bani Saljuk Rum dengan kekaisaran Byzantium (Romawi Timur) maka Ertoghrul dan para pengikutnya membantu pasukan Alaudin I hingga mencapai kemenangan, atas bantuannya ini Alaudin I sangat berterima kasih dan memberi hadiah pada Ertoghrul dan kelompoknya berupa daerah di pegunungan Ermenia dan lembah Saguta di sepanjang sungai Sakaria.
    Ertoghrul dan pasukannya mendapat tugas dari Alaudin I untuk menaklukan dan menguasai daerah pesisir Laut Hitam, ke Brussa hingga Eskisher. Oleh Alaudin I Pasukan Ertoghrul diberi gelar “Muqaddamah Sultan” (tentara pelopor sultan), sedangkan Ertoghrul sendiri menyematkan gelar untuk dirinya “Sultan Oki” (kening sultan).
    Pada tahun 1288 M Ertoghrul meninggal dunia, oleh Alaudin I diangkatlah puteranya yang bernama Usman sebagai penggantinya.Karena kesetiaannya Alaudin I memberinya gelar Bey pada Usman dan diberikan daerah yang lebih luas serta dapat memakai mata uang sendiri, bahkan namanya juga disebut dalam setiap khutbah Jum`at.
    Pada tahun 1299 M Ghazan Khan dari Mongol menyerang Saljuk Rum tetapi serangan itu bisa digagalkan oleh Usman, tak berapa lama dari peristiwa itu Sultan Alaudin I meninggal dunia, sementara Sultan Alaudin I tidak memiliki putera yangpantas mengantikan kedudukannya. Peristiwa ini dimanfaatkan oleh Usman untuk menyatakan diri sebagai Padishah Al Usmaniyah (Raja keluarga Usman) yang juga mendapat dukungan penuh dari rakyat. Dengan demikian berdirilah kerajaan Usmani dan ibukota kerajaan Usmani pertama di Qurah Hisyar (Iskisyiyar).Dalam perjalanan panjang yang berliku, Daulah Usmani menjadi Kerajaan Islam yang sangat dinamis dari mulai berdiri sampai akhir keruntuhannya. Jasa besar Daulah Usmani bagi perkembangan Islam di Dunia Timur masih bisa dirasakan sampai sekarang. Sebagian ulama awal di Indonesia merupakan tokoh ulama yang berasal dari Daulah Usmani. Yang diutus langsung oleh para Sultan untuk menyebarkan Islam di Indonesia

Strategi dan Kebijakan Pemerintahan Daulah Usmani
1. Usman (699-726 H/1299-1326 M)
    Disebut dengan Usman I, dia adalah pendiri Daulah Usmani yang mencanangkan kerajaan dibangun atas sendi-sendi persatuan suku Turki. Usman adalah seorang yang sangat pemberani, mukhlis, adil dan bijaksana. Dengan sifat-sifat teruji yang dimiliki, tentunya menjadi kebanggan bagi masyarakat dan pengikutnya. Usman membangun tentara yang berjuang tanpa pamrih, semua atas dasar karena Allah Swt.Para pejuang tersebut sering disebut dengan al-Ghazi yang terdiri dari ikhwan (pesaudaraan) Tarekat Baktasyi. Khalifah Usman meninggal dengan meninggalkan wilayah yang luas kurang lebih 16.000 km persegi. Sebagai daulah yang baru berdiri pada masa kekuasaannya berhasil membebaskan kota Bursadi tepi laut Marmara.
2. Sultan Orkhan (726-761 H/1326-1360 M).
    Orkhan berhasil mendirikan jabatan Shadr Azham (perdana menteri).Jabatan tersebut diberikan pada adiknya yaitu Alauddin. Tentara di era Orkhan dibentuk dengan sistem yang sangat rapi dan teratur. Ia juga membentuk tentara khusus dengan nama Inkisyariyah atau Jenissari (Yani Tasyri). Bendera pada saat itu berwarna merah dengan bulan sabit di tengahnya. Di bawah bulan sabit terdapat gambar pedang yang mereka sebut Dzulfiqar, yaitu nama pedang yang pernah dimiliki oleh Ali bin Abu Thalib ra. Sampai dengan akhir usianya Orkhan berusaha untuk membentuk pemerintahan yang kuat. Untuk itu dia banyak membangun, menertibkan administrasi, menguatkan militer, membangun masjid dan akademi-akademi ilmu pengetahuan.
3. Murad I (761-791 H/1360-1388 M).
    Setelah sultan Orkhan wafat, kedudukannya digantikan oleh Murad I yang merupakan putera kedua dari Orkhan. Mengantikan kedudukan ayahnya sebagai penguasa karena putera pertama Orkhan yaitu Sulaiman yang meninggal terlebih dahulu. Sultan Murad I adalah sosok yang sangat pemberani, gemar berjihad, dermawan, dan tekun menjalankan agama, dia mencintai peraturan dan selalu memegang teguh peraturan itu, berbuat adil kepada rakyat dan tentaranya.Murad I selalu dikelilingi oleh sejumlah komandan terbaik dan orang yang berpengalaman dalam bidang militer yang selalu ia ajak untuk bermusyawarah.
    Sultan Murad I meninggal dengan syahid dalam usia 65 tahun pada 15 Syaban 791 H.Sultan Murad I mewarisi kekuasaan yang luas, lima kali lipat kekuasaan ayahnya. Banyak hal yang bisa dipetik hikmahnya dari kepemimpinan Sultan Murad I, di antaranya;
a. Menyebarnya Islam yang semakin meluas di Wilayah Balkan, banyak pemimpin mereka yang masuk Islam,
b. Kedaulatan Daulah Usmani semakin dihormati dan dihargai oleh bangsa Eropa
c. Pengaruh Daulah Usmani semakin meluas, sehingga syiar Islam semakin berkembang.
4. Bayazid I (791-805 H/1389-1402 M).
    Setelah Sultan Murad I wafat, kepemimpinan Daulah Usmani dilanjutkan oleh putranya yaitu Sultan Bayazid I. Dia adalah orang yang sangat pemberani, cerdas, murah hati, dan memiliki semangat yang kuat untuk melakukan perluasan wilayah Islam. Oleh karena itu, dia sangat memperhatikan masalah-masalah kemiliteran, mengarahkan perluasan wilayahnya ke negara-negara Kristen Anatolia. Hanya dalam jangka waktu setahun, negeri-negeri itu berada dalam kekuasaan Daulah Usmaniyah. Bayazid bergerak begitu cepat di antara dua Balkan dan Anatolia. Oleh karena itu dia diberi gelar “Yaldrum” atau kilat.Bayazid sangat besar pengaruhnya, sehingga mencemaskan Paus. Kemudian Paus Bonafacius mengadakan penyerangan terhadap pasukan Bayazid, dan peperangan inilah yang menjadi penyebab terjadinya Perang Salib.
    Konstatinopel hampir saja bisa dikuasai, namun Bayazid mengurungkan niatnya dari penaklukan Konstatinopel karena munculnya bahaya baru terhadap Daulah Usmaniyah.Bahaya baru itu adalah adanya serangan tentara Mongol dibawah pimpinan Timur Lenk.

Kemajuan Peradaan Islam Masa Daulah Usmani
    Muhammad I berhasil meredam perselisihan putra-putra Bayazid. Bisa dikatakan bahwa Muhammad I adalah pendiri Daulah Usmani periode kedua setelah membawa bangsanya berjuang kembali meraih kejayaannya.Dengan tekad yang kuat, Muhammad I mempersatukan seluruh keluarga dan saudara-saudaranya, akhirnya Daulah Usmani bangkit dan berjaya. Melampauai kejayaan yang diperoleh pendiri Daulah Usmani pada masa sebelumnya. Daulah Usmani sebagai daulah Islamiyah diakui kembali sebagai penguasa dunia dengan kemajuan peradaban dan ilmu pengetahuan.
    Di antara para penguasa Daulah Usmani generasi kedua yang membawa ke puncak kejayaan adalah :
1. Muhammad I
    Muhammad I adalah putera bungsu dari Bayazid, setelah berkuasa menggantikan ayahnya ia mulai menyusun kekuatan kembali dan memulihkan keadaan Turki Usmani dari upaya memecah-belah yang dilakukan oleh Timur Lenk. Strategi Muhammad I adalah menjalin hubungan diplomatik dengan para penguasa Byzantium dan Venesia, dengan maksud agar kedua negeri ini tidak mengganggu kerja utamanya yaitu mendamaikan kekhalifahan Usmani. Berkat usahanya yang gigih, Muhammad I berhasil mengangkat citra Daulah Usmaniyah sehingga dapat bangkit kembali, yaitu dengan menyusun pemerintahan, memperkuat tentara dan memperbaiki kesejahteraan kehidupan masyarakat. Sultan Muhammad I adalah sosok yang sangat cinta kedamaian dan ilmu pengetahuan. Mencintai Fuqafa, termasuk alasan memindahkan ibu kota dari Adrianopel ke Busra. Karena Busra sering juga disebut sebagai kota para Fuqaha.
2. Murad II (824-855 H/1421-1451 M).
    Murad II menggantikan ayahandanya Muhammad I pada usia yang masih 18 tahun.Dia dikenal sebagai penyair dan orang yang mencintai ulama. Cita-cita Sultan Murad II adalah melanjutkan usaha perjuangan Muhammad I. Prioritas utama perjuangannya adalah merangkul kembali daerah-daerah yang terlepas dari Daulah Usmani sebelumnya, yaitu daerah Asia Kecil, Soloniki, Albania, Falakh, dan Hongaria. Sultan Murad II membuat istana penguasa bernuansa akademis, hal tersebut dilakukan agar kegiatan keilmuan tetap berkembang pada zamannya. Dia mengirimkan sejumlah uang untuk kesejahteraan penduduk Makkah, Madinah dan Baitul Maqdis sebanyak 3.500 dinar setiap tahunnya.
3. Muhammad II Al-Fatih (855-884 H/1451-1481 M).
    Al-Fatih adalah gelar kebanggaan beliau karena berhasil menaklukan Konstantinopel, Muhammad Al-Fatih atau Abu Al-Khairat diangkat menjadi pemimpin Daulah Usmaniyah ketika itu baru berumur 22 tahun. Muhammad Al-Fatih berusaha membangkitkan kembali sejarah umat Islam sampai dapat menaklukkan Konstantinopel sebagai ibu kota Byzantium.
    Sejak beliau, Muhammad A-Fatih sudah dididik oleh ulama-ulama rabbani. Di antara gurunya adalah Muhammad bin Hamzah al-Dimasyqi al-Rumi, beliau lebih populer dengan sebutan Syekh Syamsuddin (792-863 H/1389 M-1459 M) di antara gurunya lagi adalah Syekh Ahmad bin Ismail al-Kurani. Berdasarkan hadis Nabi Muhammad Saw; “Pada suatu saat kota Konstantinopel pasti akan ditaklukan oleh umat Islam dan sebaik-baiknya pemimpin adalah yang menaklukannya dan sebaik baik pasukan adalah pasukannya”. Konstantinopel merupakan kotayang sangat penting dan belum bisa dikuasai penguasa Islam sebelumnya.
    Konstantinopel merupakan salah satu kota terpenting di dunia. Kota ini dibangun pada kisaran tahun 330 M oleh Kaisar Byzantium yaitu Constantine 1. Memiliki letak yang sangat strategis, sehingga dikatakan “andaikata dunia ini sebagai kerajaan, maka Konstantinopel akan cocok untuk menjadi ibu kota kerajaan itu”.
    Setelah memasuki Konstantinopel disana terdapat sebuah gereja Hagia Sofia (Aya Sofia) Al-Fatih memasuki gereja tersebut yang digunakan sebagai tempat perlindungan terakhir para pendeta, Rahib dan masyarakat. Al-Fatih dengan kebaikan akhlaknya memberikan sikap bijaksananya dan perlindungan kepada seluruh penduduk Konstantinopel. Setelah salib-salib, berhala dan gambar-gambar diturunkan, Aya Sofia dibersihkan dan kemudian dijadikan masjid bagi umat Islam. Akhirnya kota Konstantinopel dijadikan sebagai ibu kota kerajaan Turki Usmani dan namanya diganti menjadi Islambul atau kota Islam yang kemudian dikenal dengan nama Istambul.
4. Bayazid II (884-918 H/1481-1512 M).
    Menggantikan kedudukan ayahnya, Bayazid II penguasa yang tidak terlalu kuat. Pada masanya terjadi perselisihan dengan saudaranya yaitu Jem yang diikuti juga oleh pengikut Jem. Ketidakharmonisan ini sedikit banyak berpengaruh terhadap kondisi masyarakat yang sebelumnya sangat dinamis.Bayazid II sangat perhatian terhadap pembangunan dan sarana umum, Takaya, Zawiyah (tempat berkhalwat para sufi). Kesejahteraan para guru/pengajar juga sangat diperhatikan. Sultan dikenal sebagai seorang pemimpin yang mencintai penduduk dua kota suci Makkah dan Madinah.
5. Sulaiman Al-Qanuni (927-974 H/1520-1566 M)
    Sulaiman lahir pada tanggal 6 November 1469 M di Trabzon. Sulaiman I atau Sulaiman Al-Qanuni naik tahta pada saat Turki Usmani mengalami puncak kejayaan, peristiwa penting di masa kepemimpinannya, ialah upaya penyempurnaan undang-undang Turki Usmani. Ia tidak hanya merupakan pemimpin militer yang besar, manusia dari pedang, seperti ayah dan kakeknya, merupakan manusia dari pena. Sulaiman Al-Qanunimerupakan legislator ulung, berdiri di depan mata rakyatnya sebagai penguasa berjiwa besar dan keadilan yang murah hati. Sulaiman I diberi gelar Al-Qanuni atau the Magnificent “pembuat undang-undang”, karena jasanya meletakkan dasar-dasar hukum bagi Daulah Usmani dan tentunya yang paling lama memerintah. Kitab undang-undang itu diberi nama Multaqa’ al Abhrar/Multaqul Abhur (muara segala samudera). Ketika hukum Qanun mencapai bentuk akhirnya, undang-undang tersebut dikenal sebagai QanunOsmani. Undang-undang tersebut diterapkan selama lebih dari tiga ratus tahun.

Kemunduran Peradaban Islam Masa Daulah Usmani
    Mundurnya Daulah Usmani ditandai dengan kebangkitan bangsa Barat atau Eropa, hal ini disebabkan karena lemahnya penguasa Daulah Usmani dan lemahnya sistem pemerintahan. Daulah Usmani berakhir pada tahun 1909 M dan benar-benar dihapuskan pada tahun 1924 dan berganti menjadi Republik Turki. Runtuhnya Daulah Usmani setidaknya disebabkan oleh faktor-faktor sebagai berikut :
1.Kondisi pemerintahan yang lemah dan kemerosotan akhlak para pemimpin Daulah Usmani. Kemunduran Daulah Usmani dimulai ketika para pemimpin dijangkiti penyakit yang menyerang bangsa-bangsa sebelumnya. Cinta dunia, pola hidup mewah dan berfoya-foya, sikap iri hati, saling membenci (hasud), dan banyak perilaku dhalim dari penguasa.
2. Melemahnya kekuatan Militer dan serangan dari bangsa Eropa.
3.Gerakan Oposisi Sekuler. Selain serangan dan konspirasi dari pihak luar, Daulah Usmani juga mendapat perlawanan dari organisasi sekuler dan nasionalis. Dalam perjuangannya, mereka banyak dibantu oleh pihak Barat untuk mewujudkan cita-citanya.

Ibrah atau hikmah sejarah Daulah Usmani
1. BerdirinyaDaulah Usmani merupakan kelanjutan dari Daulah Abbasiyah. Daulah Usmani mampu melanjutkan estafet kepemimpinan berikutnya sebagai Daulah yang berjaya di Asia dan Eropa. Pada masa itu, Puncak kejayaan Islam berhasil mencapat puncak tertinggi dengan menggabungkan kekuasaan tiga benua, yaitu benua Asia, Afrika dan Eropa.
2. Daulah Usmani telah menunjukkan diri sebagai salah satu pilar penyangga kekuatan Islam. Penaklukan Konstantinopel yang menjadi simbol kekuatan Eropa berhasil diambil alih oleh Sultan Muhammad Al Fatih sehingga kemudian menjadi simbol kebesaran dan kekuatan Daulah Usmani.
3. Kemajuan dalam bidang Arsitektur, Kesenian dan Kebudayaan ada masa Daulah Usmani terbilang sangat maju. Bukti peninggalan tersebut masih terjaga dan terawat dengan baik. Sehingga negara Turki memiliki magnet yang luar biasa untuk menarik wisatawan, karena terdapat banyak sekali destinasi wisata sejarah yang menunjukkan kebesaran peradaban pada zaman dahulu.
4. Sejarah Islam mencatat kiprah dan perjuangan Sulaiman Al-Qanuni dengan tinta emas sebagai Pemimpin Muslim tersukses. Di abad ke-16 M, penguasa Kekhalifahan Usmani itu menjadi pemimpin yang sangat penting di dunia baik di dunia Islam maupun Eropa. Di era kepemimpinannya, Kerajaan Ottoman menjelma sebagai negara adikuasa yang disegani dalam bidang politik, ekonomi, dan militer
5. Daulah Usmani mulai melemah karena ketidakmampuan para penguasa dalam menjalankan roda pemerintahan. Gaya hidup yang mewah, berfoya-foya dan berlebih-lebihan di kalangan pembesar istana, sehingga banyak terjadi penyimpangan dan penyelewengan dalam keuangan negara.

Referensi
Achmadi Wahid, dkk, Menjelajahi Peradaban Islam, (Pustaka Insan Madani, Sleman, 2006)
Ahmad Ibrahim, dkk, Islam di Asia Tenggara, (Jakarta:LP3ES,1989).
Ahmad Sya’labi, Sejarah Kebudayaan Islam 1, 2 dan 3, (Jakarta: Pustaka al-Husna. 1979)
Azyumardi Azra, Perspektif Islam di Asia Tenggara, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia1989).
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiyah II, (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 1996)
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam. (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 1993)
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam: Dirasah Islamiyah II. (Jakarta: PT. RajaGrafindo
Persada, 2008).
BJ Bolland, Pergumulan Islam di Indonesia, (Jakarta, Grafiti Press, 1985).
Daliar Noer, Gerakan Modern Islam di Indonesia, Jakarta , LP3ES, 1980)
Dedi Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam. (Bandung: Pustaka Setia, 2008)
DEPAG RI, Sejarah Kebudayaan Islam, (Kelas III, 2002)
Harun Nasution, Islam ditinjau dari Berbagai Aspeknya I, (Jakarta: UI Press, 1985)
Harun Nasution, Pembaruan dalam Islam: Sejarah Pemikiran dan Gerakan. (Jakarta: PT.
Bulan Bintang, 2003)
Ibrahim Hasan, Sejarah dan Kebudayaan Islam, (Yogjakarta: Kota Kembang, 1989)
Ira M Lapidus, Sejarah Sosial Umat Islam; Bagian Kesatu dan Dua, terj. Ghufron A.
Mas’adi. (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1999)
Machfud Syaefudin, dkk, Dinamika Peradaban Islam: Perspektif Historis (Yogyakarta:
Pustaka Ilmu Yogyakarta, 2013)
Nasution, Harun, Pembaruan dalam Islam, Sejarah Pemikiran dan Gerakan. (Jakarta: PT.
Bulan Bintang, 2011).
Philip K. Hitti, History of the Arabs, terj. Cecep Lukman dkk. (Jakarta: Serambi Ilmu, 2010)
Samsul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam. Cet. II; (Jakarta: Amzah. 2010)
Siti Maryam, dkk, Sejarah Peradaban Islam: Dari Klasik Hingga Modern. (Yogyakarta:
Lesfi, 2012)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Konsep, Tujuan, Karakteristik, Urgensi, Faktor Pendorong, dan Strategi Inovasi Pendidikan

Latar Belakang Lahirnya Pendidikan Luar Sekolah (PLS)